Kulangkahkan
kaki menepati jalan
Batu
kerikil menusuk kaki yang tiada beralas
Wajah
yang pucat yang tertutupi debu
Panasnya
terik matahari, jadi lampu dalam melangkah
Air
mata,, pengiring jalan kehidupan
Hujan
yang turun
Sebagai
pelepas dahaga, disaat rasa haus yang melanda
Rasa
lapar hilang seketika, ketika melihat senyum mereka,
Yang
katanya, negri ini adalah negri surga,
Katanya..
Senyuman
ini sebagai penyemangat,,
Dalam
melangkahkan kaki
Menjalankan
kehidupan di bawah langit
Yang
penuh dengan keegoisan
Terkadang
merintih menahahan kesakitan
Tapi
aku abaikan, karena aku tau
Tiada
tempat untuk mengadu dan berbagi
Terkadang
air mata ini menetes, tanpa di sadari,
Mungkin,
air mata menjadi lambang
Dimana
mulut tak mapu lagi untuk berbicara
Bukanya
lemah,,, tapi terlalu kuat untuk itu semua
Ingin
ku berteriak kepada mereka
Hingga
putus pita suara ini,
Untuk
mengatakan, betapa sakitnya aku disini
Katanya,,
kita ini saudara..
Tapi
mengapa , derita yang aku rasakan , sebagai hiburan bagi mereka ?
Dunia
yang kejam,
Dunia
yang penuh dengan keangkuhan
Dunia
yang penuh dengan ketidak adilan
Dunia
yang penuh dengan keegoisan
Katanya
negri kita adalah surga
Aku
bagian dari mereka ?
Tapi.....
Kenapa
hanya mereka yang menikmati negri yang katanya surga ini,
Apakah
ini yang dinamakan dengan saudara ...?
Apakah
ini yang dinamakan bagian dari mereka... ?
Entahlah...
Terkadang
aku berpikir,,
Saudara
seperti apa , bagian seperti apa ...?
Tapi
aku sadar
Terlalu
egois untuk di pikirkan
Lagi
lagi kita ini adalah saudra.
Sakitmu,
deritamu adalah bagian dari kami
Itu
kata mereka...
Dia
memperlakuakan saudaranya, tak lebih dari sampah,
Yang tiada berguna, yang hanya untuk di buang
Mungkin
ini yang dinamakan saudara,,?
Entahlah
Kesedihan
yang mereka tawarkan ..
Kesakitan
yang mereka tawarkan
Tak
bisa aku berkta, hanya bisa terdiam
Dan
menerima kenyataan
SURGA HANYA MILIK MEREKA
Mereka
selalu menjanjikan surga
Yang
akan hanya menjadi cerita
SERPIHAN SURGA KEHIDUPAN
Di
mana
Di saat
mulut tak bisa lagi berbicara
Di
saat tangan dan kaki tak mampu lagi untuk bergerak
Sampai
disaat mata tak mampu lagi untuk di buka
(SERPIHAN SURGA KEHDUPAN)
DHONY EFENDI
0 komentar:
Posting Komentar